I'll Be There For You

I’ll Be There For You

“Zack ! Zack !! Bangun !!!”

Zack membuka matanya dan mendapati Cloud mengguncangnya dengan lembut. Tentu saja, ini pagi hari. Cloud sudah terbiasa harus membangunkan Zack.

“Kau sudah membuka mata ? Bagus ! Jadi aku tidak perlu menyirammu dengan seember air.” Si pirang bergurau. Salah satu hal yang sangat Cloud sukai dari Zack adalah karena Zack tidak pernah bersikap sok ngatur dan sok memerintah di luar jam training formal. Zack benar-benar bersikap sebagaimana layaknya sahabat dan menganggap Cloud sederajat dengannya meskipun Zack adalah mentor Cloud di ShinRa.

“Pagi, Cloud.” Akhirnya Zack mau bangun juga, setengah menggerutu, dan pergi ke kamar mandi. Cloud menyiapkan sarapan. Kedua cowok ini bisa masak, jadi bukan masalah besar mengenai siapa yang menyiapkan makanan; dan mereka selalu memasak bergantian.

“Mimpi indah semalam, Zack ?” Cloud bertanya setelah akhirnya keduanya duduk di meja makan.

Zack diam sejenak, pura-pura sibuk mengunyah roti isi telur dadarnya. Dia mimpi seseorang semalam, dan dia selalu memimpikan orang itu. Tapi dia merasa bahwa Cloud tidak akan suka mendengarnya, maka dia berkata; “Aku mimpi mendaki gunung. Kira-kira apa artinya, ya ?!”

“Mungkin artinya kau akan dipromosikan dan naik jabatan ?”

“Kalau begitu itu adalah pertanda buruk. Sebab jabatan tinggi berarti tugas bertambah.” Keluh Zack.

Cloud tertawa.

Keduanya hening sejenak, menikmati makanan mereka. Kemudian mendadak Zack bertanya dengan sikap serius; “Cloud ? Apa selama ini aku menyusahkanmu ?”

“Huh ?” Sahabatnya tampak agak kaget dan bingung dengan pertanyaan yang tidak biasanya itu.

“Apa selama ini aku merepotkan ?” Zack mengulang pertanyaannya dengan nada santai; membuat Cloud menyadari bahwa pertanyaan itu tidak memiliki arti apa-apa, hanya sekedar pertanyaan biasa, maka dia menjadi lebih rileks dan menjawab; “Tergantung apa maksudmu dengan merepotkan.”

“Contohnya.. kau harus membangunkanku setiap pagi ?”

“Well, bukan masalah besar. Asal kau mau bangun dalam sepuluh hitungan begitu aku memanggilmu.”

Zack tergelak, lalu tersedak dan batuk-batuk. Dia buru-buru menyambar gelas airnya dan meminumnya.

Cloud mengawasinya.

Zack sudah terbiasa diperhatikan oleh Cloud. Si pirang itu memang jarang bicara, tapi dia sangat sering memperhatikan Zack dan dengan begitu agaknya dia menjadi hafal semua kebiasaan Zack.

Setelah menghabiskan makanan mereka, Cloud buru-buru bangun; “Aku harus pergi lebih awal hari ini.” Katanya; “Kelasku masuk lebih awal hari ini.” “Oke.” Jawab Zack; “Aku akan menyusulmu secepatnya.”

Ada sedikit perasaan iri di hati Cloud melihat Zack yang hanya lebih tua setahun darinya sudah mendapat kedudukan tinggi dan bisa bersantai lebih lama di pagi hari sementara dirinya sudah harus pergi. Tetapi dia menekan keras perasaan iri itu dan bergegas pergi.

Zack menghela nafas. Sudah beberapa bulan dia dan Cloud tinggal bersama. Mereka berdua menjadi akrab dengan sangat cepat. Tetapi Zack tetap belum bisa melupakan Angeal. Terkadang ketika Cloud membangunkannya di pagi hari, antara sadar dan tidak dia mengira (atau berharap) Angeal yang membangunkannya. Syukurlah dia segera sadar sebelum sempat mengucapkan nama yang salah. Dulu ada masa-masa dimana Angeal suka membangunkannya setiap pagi. Angeal memiliki kunci ke kamarnya dan demi kebaikan Zack sendiri waktu itu Angeal datang untuk membangunkannya.

“Zack ! Kalau kau tidak mau bangun, maka aku akan mengambil ember, mengisinya dengan air dingin dari kulkas, lalu kusiram ke mukamu !” Masih terngiang suara Angeal di batin Zack.

Dia bangun dan membawa piring kotornya ke dapur, lalu mencucinya. Dia kembali teringat momen lain bersama Angeal, yaitu ketika dia mampir di apartemen Angeal dan melihat dapur Angeal berantakan penuh tumpukan piring kotor.

“Aku tidak sempat mencuci, dan sahabatku yang tinggal bersamaku; Genesis; juga tidak sempat.” Itulah alasan sang mentor saat ditanya olehnya waktu itu.; “Huh ?----Mau apa kau ?! ----- Mencucikannya untukku ?! Tidak usah repot-repot ! Letakkan saja disana, aku sudah bersumpah demi Buster Sword-ku aku akan membuat Genesis mau mencuci semua piring kami malam ini !”

Zack mencuci piring bekas sarapannya. Angeal; Batinnya; Kenapa aku selalu teringat padamu ?!? Sebenarnya sekarang kau ada dimana, Angeal ??

Dia meletakkan piring bersih yang sudah dicucinya di rak penyimpanan piring, kemudian tanpa sadar dia berjalan ke jendela. Semenjak dia tahu Angeal memiliki sayap dia jadi sering memandang ke langit; menatap burung-burung di kejauhan; dan berpikir mungkinkah salah satu mahluk yang dari sini tampak seperti burung itu adalah Angeal yang sedang terbang bebas di langit ?

Kalau saja dia yakin Angeal sedang bahagia saat ini, dia tidak akan terlalu kuatir. Tapi dia tahu bahwa yang sedang dialami Angeal sekarang ini bukanlah kebahagiaan. Tapi kebimbangan. Dan dia ingin sekali berada di samping Angeal di saat Angeal sedang bimbang serta membutuhkan pegangan.

Zack sudah pernah bertemu Genesis dan entah kenapa meskipun Genesis adalah sahabat karib Angeal ada sesuatu dalam diri Genesis yang membuat Zack langsung tidak menyukainya. Si rambut merah itu terus-menerus berusaha memasukkan kata-kata dari Loveless ke dalam otak semua orang seolah berusaha membuat orang-orang menjadi depresi. Seperti berusaha menghasut dan mencuci otak. Zack tahu pastilah Angeal sedang tersiksa dicuci otaknya oleh kata-kata Genesis setiap hari sekarang ini, dan itu membuat Zack semakin ingin bisa menemukan Angeal.

Sesuatu melayang diluar jendela. Ringan, kecil, dan tampak bersinar serta lembut. Terlonjak; Zack menyadari bahwa itu adalah bulu sayap berwarna putih. Buru-buru dia membuka kaca jendela dan keluar ke balkon, tetapi bulu sayap itu sudah nyaris melayang ke bawah. Meskipun kamarnya berada di lantai enam, dia sama sekali tidak perduli; dia membungkuk melewati pagar balkon untuk menggapai bulu itu. Syukurlah dia berhasil meraihnya. Lembut, putih, dan halus.

“Angeal !!!!” Zack mengenali benda itu. Tanpa pikir panjang lagi dia berlari kembali ke kamarnya untuk segera menghambur keluar kamar lewat pintu dan turun; berlari mengejar sesuatu yang sebenarnya entah dimana.

“Zack, hey-----;” Orang-orang yang melihatnya mencoba menegur, tetapi dia tidak perduli. Dia terus saja berlari seperti kesetanan, menabrak orang-orang tanpa perduli; dan terus menghambur keluar dari ShinRa. Dia merasa bahwa Angeal menunggunya di suatu tempat. Ya, ini pasti isyarat dari Angeal. Pasti…………….

***

Kepastiannya memudar dan menjadi sirna setelah berjalan selama tiga jam penuh tanpa hasil. Dia sudah berputar-putar di hutan terdekat sini sampai rasanya dia sudah tidak sanggup berjalan lagi. Kenapa tadi dia betul-betul yakin bahwa Angeal sedang menunggunya di hutan ? Ataukah memang Angeal sedang menunggunya di suatu tempat; tapi bukan di hutan ? Di Midgar ?

Midgar…….

Sanggupkah kaki Zack membawanya kesana sekarang ?

Zack jatuh terduduk di rerumputan, melonjongkan kakinya yang pegal dan sakit. Dia lupa membawa Handphone. Dia tahu pastilah sekarang Cloud sudah meneleponnya atau mengiriminya sms. Dia merasa tak enak hati. Oke, sekarang sebaiknya dia ke Midgar, mengitari kota untuk mencari tanda-tanda Angeal, kemudian membelikan sesuatu untuk Cloud.

Dia membiarkan kakinya beristirahat dulu beberapa menit lagi. Dia membaringkan tubuhnya di rerumputan; menatap ke angkasa. Dia tahu dia tidak boleh berharap, tapi kenapa dia tidak bisa berhenti berharap ? Sudah hampir setahun dia tidak melihat Angeal dan dia begitu merindukannya. Tidak; Dia membatin; Jangan berharap. Orang yang tidak pernah berharap tidak akan terluka.

“Angeal, sudah hampir setahun kau pergi…..;” Hatinya berbicara; “Dan kini aku sudah menjadi SOLDIER Kelas Pertama seperti cita-citaku dan seperti keinginanmu. Kau yang selalu melatihku agar bisa menjadi SOLDIER Kelas Pertama, kau yang selalu memberiku semangat dan dukungan di kala aku goyah; waktu itu aku hanya anak kecil bodoh dan lemah…. Kini cita-cita kita tercapai, kini aku sudah jadi SOLDIER Kelas Pertama! Tapi.. kini aku tidak merasa bahagia sedikit pun. Kau pergi tanpa kabar, tanpa ucapan selamat tinggal, tanpa surat, tanpa apa pun. Dengan tiba-tiba saja kau menghilang…. Dan kini semua orang mengatakan bahwa kau berkhianat.”

Zack merasa seperti seorang anak laki-laki yang kehilangan ayah. Seolah sang ayah dulu selalu mengajarinya untuk menjadi pria yang baik; untuk patuh pada hukum dan taat pada agama; tapi sang ayah lalu menghilang dan kini sang ayah sendiri ditemukan sebagai penjahat. Kurang lebih seperti itulah perasaannya. Rasa dikhianati.

Sekaligus rindu.

Dan penuh tanda tanya.

Kenapa kau meninggalkan aku ? Kenapa kau mengkhianati apa yang justru dulu pernah kau ajarkan padaku ?? Kenapa kau tidak hadir saat aku dilantik menjadi SOLDIER Kelas Pertama ??? Kenapa kau mengkhianati mimpi dan cita-cita yang justru dulu kau berikan dan kau tanamkan padaku ????

Ketika Zack dilantik menjadi SOLDIER Kelas Pertama; yang diinginkannya adalah melihat Angeal berdiri memandangnya dengan penuh kebanggaan………

Sayang itu tidak tercapai.

Langit biru tampak buyar…. Tunggu, bukan buyar….. Itu adalah air mata. Tanpa sadar Zack sudah menangis.

Dia segera menghapus airmata-nya dan menegakkan punggungnya untuk kembali duduk. Dia tidak boleh begini, dia tidak boleh menangis terus. Dia harus kuat dan bangkit. Dia adalah tempat Cloud bersandar; semacam tokoh panutan bagi Cloud; yang akan meneruskan cita-cita Angeal juga secara tidak langsung.

Sebelum dia sempat berdiri, sesuatu melayang ke depan matanya karena hembusan angin. Dia nyaris tidak mempercayai pengelihatannya. Lagi-lagi selembar bulu putih.

“A---A---Angeal ?!?!” Zack terpana. Pandangan matanya yang mulai jelas setelah airmatanya dihapus bergerak dari bulu yang melayang di depannya ke sosok tinggi tegap yang berdiri tak jauh di hadapannya.

Angeal Hewley.

“Angeal ?!” Zack masih bingung; merasa dirinya bermimpi. Ini tidak mungkin ! Hampir dua belas bulan dia mencari Angeal dengan sia-sia dan mendadak Angeal berdiri di depannya ?!? Tidak mungkin !!

Zack mengucek matanya lagi. Pasti air mata !; Batinnya; Pasti aku berkhayal yang aneh-aneh karena terlalu rindu !

Mungkin itu Cloud, mungkin aku melihat Cloud sebagai Angeal !; Pikirnya.

Kemudian suara yang akrab di telinganya terdengar; “Kenapa ? Kau tidak rindu padaku, Zack sang Puppy..?”

Zack terpana.

Benar-benar suara Angeal !!

Sosok di depannya itu menatapnya dengan pandangan mata yang biasa diingatnya; pandangan mata lembut campur geli dan sayang. Tawa kecil itu. Tawa yang biasa; yang selalu diingat Zack; tawa saat memanggil Zack dengan julukan Puppy.

Dua detik kemudian tawa kecil Angeal berganti menjadi protes karena Zack sudah melompat bangun dan menghambur memeluknya erat seperti anak anjing yang baru bertemu dengan tuannya. Zack memeluknya begitu erat sehingga Angeal terpaksa berkata; “Kau sekarang sudah belajar mau membunuhku ya ?!”

Zack segera melepaskan pelukannya, tapi kedua tangannya masih dikalungkan ke leher Angeal.

Angeal meneliti wajah Zack.

“Huh ?” Dia tampak bingung; “Aku membuatmu sedih ? Kukira kau akan bahagia melihatku..? Kenapa aku malah membuatmu menangis ?”

“Ini tangisan bahagia, tolol !” Zack tertawa di antara isak tangisnya yang mengeras.

“Sekarang kau sudah bisa memanggilku tolol ?!” Angeal pura-pura memprotes lagi, tapi Zack tidak perduli dan memeluknya lagi sekuat-kuatnya, membenamkan wajahnya di dada Angeal untuk kemudian menangis keras tanpa tertahankan.

Angeal membelai rambut Zack. Untuk beberapa detik air matanya ikut tumpah meskipun dia tidak bersuara; tidak seperti Zack. Dia berusaha mengeraskan hati, berusaha tidak mengizinkan adanya air mata yang menetes dari sepasang matanya, tapi entah kenapa dia gagal. Yang bisa dilakukannya sekarang adalah berusaha sekuatnya mencegah tangisnya menimbulkan suara.

“K-kau sudah besar y-ya sekarang…?!” Dia mencoba membuka percakapan agar suasana jangan hanya kaku diisi air mata, tapi yang ada suaranya gemetar; “K-kau t-tidak boleh m-menangis lagi….!”

Mendengar itu Zack tertawa lagi di antara tangisnya lalu menengadah menatap wajah mantan mentornya ini dan tawanya semakin keras; “Kau juga menangis !” Serunya dengan penuh sayang.

“Aku ?! T-tidak.” Angeal mengusap air matanya; “Ini k-kemasukan debu.”

“Bohong !!” Zack tergelak lagi, kemudian terdiam beberapa saat. Sepasang matanya menatap pada wajah mentornya, dan ketika dia bicara lagi suaranya sangat gemetar dan penuh tuntutan; “K-kenapa kau harus pergi ?? K-kenapa kau meninggalkan a-aku..???”

Angeal terdiam.

Zack masih bicara, seolah sesuatu yang sudah dipendam selama dua belas bulan ini sekarang punya kesempatan untuk keluar. Selama ini hati Zack sudah seperti cawan yang terus diisi air; segala kesedihan dan pertanyaan; dan mendadak sekarang pada puncaknya air itu tumpah saking penuhnya. Tumpah, meluap, tak tertahankan. Suaranya pada mulanya gemetar dan pelan, kemudian dia tidak bisa mengontrol diri; nada suaranya meninggi dan semakin keras, dan akhirnya menjeritkan namanya. “Kenapa kau harus jadi pengkhianat ?? Kenapa kau harus pergi bersama Genesis ?? Kenapa kau tidak hadir saat aku dilantik menjadi SOLDIER Kelas Pertama ?? Dimana kau saat itu ?? Dimana kau selama ini ?? Tak tahukah aku mencarimu terus !!! Kenapa kau harus mengajarkan padaku hal-hal yang pada akhirnya kau khianati sendiri, Angeal !!!!?”

Angeal tampak terkejut dengan semua pertanyaan itu. Tuntutan tampak di sepasang mata biru Zack yang basah oleh air mata. Menuntut jawabannya.

“Z-Zack….a-aku…..” Angeal berusaha mencari jawaban. Dia sendiri sebenarnya tidak bisa menjawab semua itu. Banyak hal yang telah terjadi, dan Zack tidak mungkin mengerti. Tapi meski begitu, dia ingin Zack tetap melanjutkan cita-cita mereka. Dia ingin Zack tetap berjalan di jalan yang telah dia tinggalkan, karena jalan itu adalah impiannya di masa kecil yang kini telah direnggut olehnya. Dia tidak boleh menangis sekarang. Dia adalah figur panutan untuk Zack; dia tahu itu.

“Zack, begini…..” Dia mencoba bicara dengan tenang dan tanpa emosi; “A-ada hal yang tidak kau mengerti----”

“Yang aku tidak mengerti hanya jalan pikiranmu dan Genesis !!” Putus Zack.

“Kau tidak boleh menyalahkan Genesis, Zack.” Balas Angeal; “K-kau tahu apa yang telah terjadi pada kami……”

“Sayap sialan itu, kan ?!” Zack memutus lagi; “Satu sayap sialan dan kalian meninggalkan semua impian masa kecil kalian ?!”

“B-bukan hanya itu. Degradasi----”

“Aku berjanji akan melakukan apa pun untuk menolong kau dan Genesis, Angeal..!!” Lagi-lagi Zack memutus; “Kumohon kembalilah !! Dia juga !! Kita hadapi hari-hari masa depan bersama-sama, dan aku akan berusaha sekuatku untuk menolong kalian----”

“Zack,” Angeal memalingkan muka; “Jangan.. membuatku tertawa…...”

Ada kekecewaan terbersit di wajah Zack melihat Angeal memalingkan muka darinya, tapi kemudian Angeal kembali menatapnya dan berkata dengan nada lebih tenang; “Zack, kadang ada orang yang saling mencintai tapi tidak bisa bersama. Kadang ada ayah yang harus meninggalkan anaknya demi suatu urusan. Kadang ada kakak yang harus mengecewakan adiknya. Tapi meski begitu, dalam hati sang kakak selalu berharap agar adiknya bahagia meskipun tanpa dirinya. Dalam hati sang ayah akan selalu berharap bahwa anaknya tetap berjalan di jalan yang pernah menjadi impiannya di masa kecil; dan berharap agar anaknya dapat mewujudkan cita-citanya yang telah gagal dia raih sendiri…..”

Zack menggeleng keras, menolak untuk menerima kenyataan tentang perpisahan.

Angeal menatapnya dengan iba, tapi meneruskan kata-katanya; “Dan, Zack, percayalah.. di hati kekasih yang terpaksa berpisah; mereka tahu bahwa masa-masa mereka pernah paling bahagia adalah ketika mereka masih bersama… walaupun sekarang mereka tidak mungkin kembali ke masa-masa itu lagi…. Dan aku-----”

“Apa hanya itu yang ingin kau sampaikan padaku ?!?” Putus Zack; “Aku tidak ingin mendengarnya, Angeal !!! Setelah berbulan-bulan kita berpisah, hanya itu yang ingin kau sampaikan padaku ?!??”

Angeal terdiam lagi selama sesaat. Dia menunduk memandang wajah Zack yang sedang menengadah menatapnya.

Akhirnya dia menjawab dengan lembut; “Tidak. Yang ingin kusampaikan adalah---ucapan selamat…… Selamat, Zack, kau telah menjadi SOLDIER Kelas Pertama.... Aku s-sangat bangga denganmu. Kau t-telah mewujudkan cita-cita kita berdua……!” Dia mengulurkan kedua tangannya, menepuk sepasang bahu Zack dengan kebanggaan.. lalu kemudian tanpa tertahankan lagi dia pun segera memeluk Zack, memaksa Zack masuk ke dalam pelukannya, menahan kepala Zack di dadanya dan membiarkan Zack menangis sekali lagi dalam pelukannya.

“K-kau.. kau harus m-menjadi lebih---lebih dari aku !” Serunya parau mengatasi suara tangisan Zack; “Kau harus lebih kuat, lebih sukses dariku !!”

Zack menangis lebih keras.

“J-jangan menangis, Zack !” Ucap Angeal lagi; “Kau harus tegar…. Kau harus membuat dunia ini menjadi damai dan indah seperti impianmu dan memperlihatkan padaku dunia impianmu….. dunia yang nyata.”

“B-bagaimana aku bisa melakukannya tanpamu ??” Seru Zack.

Perlahan Angeal menekuk lututnya sementara kedua tangannya masih berada di sepasang bahu Zack. Angeal berlutut di hadapan Zack dengan kedua tangan masih di bahu Zack.

“Zack,” Bisiknya; “Apa kau percaya padaku ?”

“Y-Ya……”

“Kalau begitu… apa kau masih mau percaya apa yang akan kukatakan ini ?” Tanya Angeal pula.

Selama beberapa detik hati Zack melawan. Tidak ! Rasanya dia ingin menjerit; Aku bukan kanak-kanak lagi ! Simpan saja semua cerita dongengmu tentang kepahlawanan dan hukum; jika kau sendiri ingin membelot dari semua itu !! Jangan bebankan bebanmu di bahuku sementara kau akan terbang pergi meninggalkanku !! Tetapi dia tak kuasa menjeritkan itu. Dia tidak tega melukai Angeal. Bibirnya pun bergerak; “Ya…..” Bisiknya; “Aku akan percaya..lagi.. dan lagi.”

Angeal tersenyum dan menepukkan tangannya di bahu Zack, mengguncang pelan tubuh anak itu. “Dengar.” Dia meneruskan dengan parau; “Zack, aku----aku akan selalu berada di sampingmu----Bukan diriku. Tapi hatiku. Hatiku, semangatku, jiwaku. Semua ada bersamamu. Kau tidak akan pernah sendirian.”

Zack diam.

“Tubuhku boleh berada di tempat lain,” Lanjut Angeal; “Tapi hatiku berada bersamamu. Dan di dalam batinku, memori paling indah yang pernah kumiliki adalah masa-masa dimana kita bersama….. Dengan memori itulah aku akan hidup terus dan berusaha berjalan terus di jalanku; meskipun sekarang jalanku sudah berbeda dengan jalanmu. Dan aku akan selalu berpegang pada kepercayaanku bahwa suatu hari nanti kedua jalan kita akan bertemu di ujung.. di suatu saat; di suatu tempat, dimana kau akan memperlihatkan padaku kenyataan yang indah dari mimpi masa kecilku…….”

Sekali lagi Zack terdiam.

“Kau mengerti, Nak ?” Desak sang mantan mentor.

“J-jadi aku harus puas dengan hanya memiliki hatimu ?” Tanya Zack sambil mengusap air matanya.

“Zack…. Apa kau tahu.. Hati lebih besar daripada tubuh. Jiwa lebih besar daripada raga.” Bisik Angeal; “Raga akan hancur, tetapi jiwa akan tetap utuh. Dan kau memiliki jiwaku dan hatiku. Selamanya.”

Meskipun dadanya terasa sakit dan batinnya seperti diiris-iris, Zack memaksakan senyum; “Benar ?”

Angeal juga tersenyum, kemudian memasang sikap formal dan berkata dengan serius; “Angeal Hewley; SOLDIER Kelas Pertama; bersumpah demi Gaia yang agung bahwa hati dan jiwanya adalah milik Zack Fair; SOLDIER Kelas Pertama------”

Mau tak mau Zack tertawa.

Angeal ikut tertawa.

Langit begitu cerah di atas mereka, matahari bersinar, seakan melukiskan kepada mereka janji mereka. Awan putih bertabur di langit; menjanjikan masa depan. Dan Zack terus percaya bahwa suatu hari nanti, di suatu tempat, di suatu waktu; kedua jalan yang berpisah akan bertemu pada suatu titik ujung…….

Tersenyumlah, Zack, karena saat kau tersenyum pada dunia ini, pada orang-orang di sekitarmu, pada matahari, dan pada langit yang cerah; itu berarti kau sedang tersenyum padaku; Batin Angeal; Dan itu memberiku kekuatan untuk tetap hidup walaupun hidupku sendiri sebetulnya sudah tidak memiliki arti….. Senyummu memberiku kekuatan untuk tetap menjaga eksistensiku di dunia ini; demi membahagiakan seseorang yang sangat mengharapkanku dengan tulus; dan itu adalah dirimu, Zack…!

The End.

Pengikut

free hit counter