Hollander's Dirty Wish

SHINRA ACADEMY : HOLLANDER’S DIRTY WISH

Rating : M

Charas : Hollander, Genesis, Sephiroth.

Setting : Somewhere in the past; ShinRa.

Genre : (Apa aja deh, agak2 horor bagi saia – wkwkwkwk… xD)

Warning : Sedikit Yaoi yang bikin merinding, tapi nggak ada Lime/Lemon. Kalau nggak suka, silakan lewatkan chapter ini karena chapter berikutnya tidak berhubungan dengan yang ini.


Hollander menatap wajah seorang pemuda yang sedang tidur di atas dipan di ruangan labolatorium-nya. Wajah itu begitu memukaunya. Penuh dengan daya tarik duniawi. Bibir yang sedikit terbuka seolah menantang siapa pun untuk melumatnya. Hollander mendekat, mengawasi wajah si pemuda lebih dekat lagi. Sekarang dia bisa tenang-tenang mengawasinya. Jika sepasang mata pemuda itu membuka; menampakkan bola mata biru-kelabu yang indah itu; maka Hollander takkan berani lagi memandangi wajah itu lama-lama.

Sebenarnya sayang sekali Hollander tidak bisa menatap sepasang mata biru-kelabu yang cantik milik si pemuda yang sedang tertidur ini. Mata itu; Hollander mengingatnya; begitu hidup. Begitu penuh daya pikat duniawi. Begitu menantang. Penuh aroganisme dan kecongkakan, tetapi begitu indah.

Perlahan sang profesor tua mengulurkan tangannya. Jemarinya menyentuh pipi si pemuda yang sedang tidur ini. Pemuda itu tidak merasakannya. Oh tentu saja tidak. Obat tidur racikan Hollander memang keras. Sang profesor tersenyum sendiri.

Burung merak merah; Pikir Hollander sambil mengagumi kecantikan si pemuda yang sedang tidur di dipannya. Pemuda itu adalah SOLDIER Kelas Pertama; Genesis Rhapsodos; mahluk yang bermain dengan api laksana burung phoenix. Tetapi saat ini Genesis sama sekali tidak berbahaya, sebab pengaruh obat tidur jelas membiusnya.

Hollander menikmati menyentuh kulit wajah Genesis yang putih bersih, kemudian ke bibirnya yang sedikit terbuka. Perlahan Hollander memasukkan jari telunjuknya ke mulut Genesis; mendorong bibir itu membuka. Telunjuk sang profesor terus masuk ke dalam mulut sang SOLDIER. Hollander menutup mata; membayangkan SOLDIER Kelas Pertama itu menghisap jarinya.

Kemudian sang profesor membuka mata lagi, menatap kembali wajah cantik yang sedang tertidur itu; seakan tidak ada di dunia ini yang bisa membangunkannya. Bahkan ciuman sekali pun.

Sang profesor menarik kembali jarinya dari mulut Genesis. Kemudian profesor itu membungkuk; mendekatkan wajahnya ke wajah Genesis; sampai dia bisa merasakan nafas pelan sang SOLDIER yang tertidur.

Genesis terlalu menarik; Pikir Hollander; Sangat—sangat—menantang. Membuat siapa pun merasa tertantang untuk memilikinya; menyentuhnya; menundukkannya…. Tetapi tentu saja tidak akan ada yang bisa berhasil, sebab Genesis adalah SOLDIER Kelas Pertama yang terhebat setelah Sephiroth…..

Dan Angeal.

Setara dengan Angeal.

Hollander mengamati wajah Genesis dari dekat; membayangkan apakah Angeal pernah menikmati bibir si rambut merah itu. Angeal; putranya tersayang. Putra tunggalnya yang baik, yang tidak (belum) tahu bahwa Hollander adalah ayahnya.

Apakah putra tunggalnya; Angeal; pernah menciumi bibir si rambut merah ini… atau malah mungkin lebih dari itu ?

Hollander sudah sering memperhatikan keduanya dari jauh sejak keduanya tiba di ShinRa Building ini. Bisa dikatakan Genesis-lah yang lebih dominan. Jadi.. apakah bibir si rambut merah ini pernah memaksa mencium bibir Angeal..?

Hollander paham sifat keduanya. Kalau ada sesuatu pernah terjadi di antara Angeal dan Genesis; itu semua adalah upaya Genesis. Mahluk berambut merah ini begitu liar, penuh nafsu duniawi, sekaligus penuh daya pikat yang menggairahkan.

Jari-jari Hollander bergerak ke leher Genesis.

Mahluk ini adalah ciptaanku; Pikirnya; Ciptaanku yang gagal. Tentunya saat ini mahluk malang ini tidak pernah mengira bahwa dirinya hanyalah sebuah ciptaan yang gagal. Hollander tersenyum. Jari-jarinya kini melepaskan pelindung bahu kiri Genesis, lalu pelindung bahu kanan, kemudian perlahan menanggalkan jubah merah Genesis.

Hollander meletakkan jubah merah itu di lantai, lalu tangan sang profesor bergerak ke ban pinggang sang SOLDIER yang tertidur.

Mahluk pongah yang malang; Batin sang profesor lagi; Burung merak. Mahluk ini belum sadar apa yang akan menimpanya.

Sang profesor menggeleng prihatin. Bukan karena kasihan pada monster yang sedang tertidur ini, tetapi karena menyesali kegagalannya. Angeal; putranya; adalah sesuatu yang lebih sempurna ketimbang monster berambut merah ini. Tapi sama saja. Baik Genesis maupun Angeal; keturunan Project-G yang diciptakan Hollander ini; tidak pernah bisa menyamai hasil dari Project-S ciptaan Hojo sialan itu.

Genesis mengeluarkan bunyi rintihan pelan.

Hollander tersentak dan buru-buru menarik tangannya dari kulit sang SOLDIER. Tentunya si profesor tua ini tidak mau ambil resiko sang SOLDIER menyadari apa yang sedang terjadi. Tetapi untunglah rupanya SOLDIER itu belum bisa terbangun dari tidurnya juga. SOLDIER itu hanya merintih pelan sedetik lalu kembali terlelap; memberi kesempatan pada Hollander untuk kembali menyentuhnya.

Hollander tahu persis siapa yang diinginkan oleh monster ciptaannya ini. Memang sudah takdirnya. Memang sudah ditanamkan dalam darahnya. Bahkan jika monster itu berusaha untuk mengelak pun akan sia-sia. Sebagai ciptaan sulung dari Project-G; dalam diri Genesis secara otomatis menyukai Sephiroth; mengharapkan Sephiroth yang merupakan ciptaan tunggal dari Project-S saat ini. Hampir seperti Adam dan Hawa. Hampir bisa diistilahkan bahwa Genesis diciptakan dari tulang rusuk Sephiroth; tepatnya sel Jenova yang berada dalam tubuh Sephiroth.

Keberhasilan Hojo, dan kegagalan Hollander.

Sephiroth bahkan tidak mau membalas perasaan Genesis; tidak perduli bagaimana indahnya fisik Genesis. Menurut pengamatan Hollander selama ini, Sephiroth agaknya cukup baik pada Angeal; mahluk kedua hasil keturunan Project-G. Tetapi jelas bukan berarti Sephiroth jatuh cinta kepada salah satu pun di antara Genesis maupun Angeal. Hanya saja sebagai seorang sahabat atau kakak; Sephiroth agaknya lebih menyukai Angeal daripada Genesis.

Tentu saja; Pikir Hollander. Angeal memiliki budi pekerti yang baik. Dan Angeal adalah ciptaan yang lebih sempurna ketimbang Genesis.

Meskipun begitu; Hollander tahu bahwa keindahan yang dimiliki kedua monster ciptaannya bukan hasil kreasi tangannya. Itu adalah pemberian Gaia. Keindahan fisik yang didapat secara biologis. Begitulah darimana Angeal bisa mendapatkan rambut hitamnya yang tebal bergelombang. Rambut yang mirip dengan ibu biologis Angeal; yaitu Gillian.

Istri Hollander. Istrinya yang sah hingga saat ini; yang ditinggalkannya di desa Banora. Hollander meninggalkan istri dan anaknya demi mengabdi kepada ShinRa.

Bicara soal Gillian, sebenarnya ada bagian-bagian dalam diri Genesis yang juga mirip dengan Gillian.

Tentu saja.

Sel Jenova; disuntikkan lebih dahulu kepada Gillian. Kemudian dari situlah sel Gillian disuntikkan kepada si bayi tabung yang sekarang sudah menjadi manusia dewasa di depannya ini. Ciptaan yang tidak sempurna. Monster. Meskipun begitu; bayi tabung juga dihasilkan dari persilangan sel sperma dengan sel telur manusia, hanya saja bukan secara normal. Orang tua biologis Genesis adalah Kepala Desa Banora dan istrinya. Sang Kepala Desa memang sudah merupakan abdi setia ShinRa dan menerima bayi yang diberikan padanya, meskipun awalnya istrinya agaknya jijik dengan si bayi.

Kemudian dari Gillian sendiri secara langsung melahirkan bayi; yang tentunya menjadi ciptaan yang lebih sempurna dibanding yang pertama tadi. Bayi yang lebih normal ini adalah Angeal.

Entah darimana Genesis mendapatkan rambut merahnya; sebab baik Gillian maupun orang tua biologis Genesis sendiri berambut hitam.

Sedangkan kedua adik biologis Genesis; Weiss dan Nero; memiliki proses kelahiran yang jauh lebih normal.

Tentu saja jika bicara soal fisik, memang Hollander mengakui bahwa monster berambut merah ini sangat sempurna; setidaknya saat ini; sebab kesempurnaannya ada batasnya dan dengan cepat akan menguap. Sayangnya itu juga akan terjadi kepada Angeal; tetapi dengan kondisi berbeda.

Sepasang mahluk Project-G; Genesis dan Angeal; masih belum bisa menandingi satu-satunya mahluk dari Project-S milik Hojo; Sephiroth; putra biologis Hojo sendiri dengan si cantik Lucrecia.

Hollander menghela nafas menyadari kenyataan itu. Kegagalannya. Dan lagi-lagi keberhasilan Hojo.

Diam-diam timbul harapan aneh di batin Hollander. Meskipun sepasang monster hasil kreasinya tidak bisa menandingi Sephiroth; dia berharap setidaknya salah satu bisa menjadi pasangan Sephiroth. Bukankah Genesis sangat serasi dengan Sephiroth ? Di seluruh ShinRa ini, siapakah yang bisa menandingi keindahan fisik Genesis ? Mahluk paling cantik di SOLDIER. Sayangnya itu tidak akan berlangsung lama. Dan ketika rambut mahluk ini memutih serta tubuhnya melemah; meskipun kulitnya tidak berubah; apa Sephiroth masih mau meliriknya ?

Yah, sekarang saja tidak. Apalagi nanti.

Hollander kembali membelai pipi si monster berambut merah yang sedang tertidur. “Kenapa kau tidak mau berusaha lebih keras ?” Bisik sang profesor; “Bukankah kau sangat menginginkan Sephiroth ? Kenapa kau tidak mau memaksa lebih keras ? Kau sangat menginginkannya; semua orang tahu itu. Kau membencinya sekaligus mengharapkannya. Kau iri padanya sekaligus mengaguminya setengah mati. Semua orang bisa melihatnya. Terpancar dari matamu, ekspresi wajahmu, gairahmu, kata-katamu, sikapmu, bahkan aku bisa melihat getaran kulitmu yang mendambakan untuk bersentuhan dengan kulitnya.”


Authoress : *Coughs* Itu menjijikkan. I need a break. Phew. Air. *gasp*

Oke, lanjut…..



Jari-jari Hollander menyentuh tubuh Genesis perlahan, dari ujung kepalanya; lalu rambutnya; lalu beralih ke wajah—kelopak mata yang tertutup, pipi, hidung, bibir yang sempurna, lalu dagunya. Kemudian leher dan terus turun…..

Hollander tidak pernah bisa mengerti kenapa putra Hojo menolak mahluk seindah ini. Memang sih; keindahan ini akan pudar begitu proses degradasinya dimulai, tetapi saat ini.. siapa di dalam nama Gaia yang bisa menandingi keindahan burung merak merah ini…?

Dengan frustasi Hollander teringat kembali kepada Hojo dan Lucrecia. Ya, pastilah Sephiroth mewarisi keangkuhan Hojo dan Lucrecia. Hati yang dingin milik Hojo dan Lucrecia, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa sel-sel dalam tubuh Sephiroth adalah pemberian Jenova. Yang paling menimbulkan frustasi adalah fisik Sephiroth yang sungguh mengingatkan akan ibu biologisnya yang cantik rupawan. Wanita dambaan Hollander; yang telah menolak Hollander untuk Hojo. Si cantik Lucrecia; wanita paling sempurna……..

“Kalau bukan Genesis,” Bisik Hollander pada dirinya sendiri; “Pilihlah Angeal, Sephiroth..!!”

Sialnya, tepat saat dia mengatakan kata terakhir, pintu ruangan labolatoriumnya terbuka. Hollander menengok dan nyaris terlompat menyadari siapa yang berjalan masuk.

“S-S-S-Sephiroth…?”

Sephiroth tentu saja tidak mendengar jelas ucapan Hollander mengenai “pilihlah Angeal” tetapi dia jelas tidak menyukai pemandangan yang dilihatnya. “Singkirkan tangan kotormu darinya !!!” Sephiroth langsung membentak. Pemandangan yang dilihatnya memang layak untuk membuat si pemilik pedang Masamune ini naik darah. Bagaimana tidak ?! Dia melihat sahabatnya tersayang (oke, mungkin bukan ‘tersayang’ tapi toh tetap sahabatnya) berbaring tak sadarkan diri di atas dipan labolatorium; tanpa mengenakan busana apa pun lagi; dan si tua Hollander berdiri di sisi dipan; membungkuk dan menyentuh tubuh sahabatnya itu. Walaupun Hollander tidak tampak bernafsu dengan tubuh yang dilihatnya, tetapi toh Sephiroth tetap tidak bisa menerima perlakuan seperti itu kepada sahabatnya !

Pedang Masamune nyaris menebas putus kepala Hollander jika Hollander tidak buru-buru membanting diri untuk tiarap sampai menabrak meja dan terguling ke sudut ruangan.

Dengan cepat Sephiroth menyambar kain selimut yang berada di kaki Genesis lalu menutupi tubuh sahabatnya itu, kemudian dia menghampiri Hollander yang tersudut. Pedang Masamune-nya terarah mengancam.

“Apa yang kau lakukan ??!” Bentak Sephiroth.

“S-S-S-Sephiroth-T-t-idak-a-ada-y-yang-k-kulakik-maksudku-kulakukan---” Hollander tergagap memandang sosok marah di hadapannya.

“Kau apakan dia ??!” Sephiroth membentak lagi; “Jawab yang benar !!”

“A-aaa-aku..me-me-memeriksanya……” Otak Hollander bekerja sementara dia memberanikan dirinya mengucapkan dalih; “D-dia demam ! A-aku mengecek s-s-suhu b-badannya…..”

“Benarkah begitu ?!” Tanya Sephiroth tanpa menurunkan pedangnya. Ekspresinya masih terlihat sangat murka.

“Y-yaaa….” Hollander mengangguk-angguk meyakinkan.

“Aku tidak merasa kau mengatakan yang sebenarnya !” Lanjut Sephiroth pula; “Sebab menurutku Genesis tidak akan membiarkanmu melepaskan seluruh pakaiannya begitu !”

“D-dia.. t-tertidur…..” Hollander membela diri; “A-aku m-melakukannya d-di-luar kesadarannya… se-sebab a-aku ha-harus m-mengecek suhu b-badannya…..”

“Tidak bisakah kau mengecek suhu badannya dengan menempelkan termometer pada lehernya atau semacam itu ?!” Balas Sephiroth; “Yang kulihat tadi sangat menjijikkan !”

“M-maafkan a-aku, S-Sephiroth……” Hollander buru-buru bertekuk lutut; “Tadi a-aku sa-sangat bingung.. m-maka aku berbuat b-bodoh….. Kau tahu kan, a-aku tidak bermaksud melakukan hal-hal yang diluar kesusilaan kepadanya……”

“Yang benar ?!”

“Sephiroth ! Kau tahu aku, kan… A-aku sudah tua, dan a-aku sudah mengabdi lama di ShinRa. Apa m-mungkin aku berbohong pada se-seorang SOLDIER Kelas Pertama sepertimu ?! Kau tahu sendiri; a-aku laki-laki. Aku t-tidak tertarik kepada sesama laki-laki !”

“Aku jelas tahu kau laki-laki, tetapi aku tidak yakin kau tertarik atau tidak kepada sesama jenis.” Gerutu Sephiroth; “Sebab di ShinRa ini semuanya bertingkah aneh belakang ini !”

“Sephiroth, ayolah……”

“Baiklah. Kita andaikan kau jujur. Tapi kenapa kau membius Genesis ?”

“M-memb-bius…?” Ulang Hollander kaget. Dia heran bagaimana Sephiroth bisa tahu dia telah memberi Genesis obat tidur.

“Jangan membodohiku, Profesor.” Sahut Sephiroth; “Aku kenal Genesis. Aku pernah beberapa kali bertanding dengannya. Level kekuatannya sangat tinggi; nyaris menyamaiku; dan orang macam kau takkan bisa menyentuhnya tanpa membuatnya terbangun. Sekarang ini kita berdua berbicara dengan suara keras dan berisik, aku heran kenapa dia tidak terbangun jika memang dia tidak dibius, sedangkan orang biasa yang bukan SOLDIER saja pasti terbangun kalau ada yang berisik di dekat tempat tidurnya.”

“A-a-aaaa…..” Sesaat Hollander hanya bisa tergagap lagi. Tetapi Masamune semakin mendekat ke lehernya, maka dengan cepat dia memberi alasan; “A-aku tidak me-membius G-Genesis….. Pasti a-asistenku tidak sengaja memasukkan o-obat tidur ke gelas yang ditujukan untuk Genesis…..” Sang profesor bersimpuh; “Tolonglah, General. Percayalah, aku tidak mungkin punya maksud tertentu terhadap Genesis; apalagi dia adalah SOLDIER Kelas Pertama ! K-kau tahu aku sudah lama berada di ShinRa dan a-aku cukup dipercayai oleh P-president ShinRa……”

Sephiroth diam sejenak. Mudah baginya untuk memotong kepala si tua di depannya ini. Tetapi dia tahu bahwa President ShinRa mempercayai si tua ini, dan jika dia membunuh si tua ini maka dia akan menimbulkan banyak tanda tanya dan rentetan penyelidikan mengenai motifnya membunuh dan itu malah akan semakin memalukan Genesis sendiri. Maka dia menurunkan pedangnya.

“Kalau sampai terjadi lagi, Profesor, aku tidak akan memberi ampun.” Ucapnya mengancam.

“B-baik….!” Jawab Hollander.

“Dan mulai sekarang setiap kali Genesis harus mengunjungimu untuk keperluan apa pun, aku akan memastikan aku menemaninya.” Lanjut Sephiroth.

“S-silakan.” Sang profesor mengiyakan.

“Berapa lama sampai pengaruh obat bius sialanmu lenyap ?” Tanya Sephiroth pula; “Berapa lama Genesis akan tidur ?”

“S-sekitar.. d-dua hari.” Sahut Hollander; “D-dia akan b-baik-baik saja begitu sadar. Ha-hanya obat tidur biasa, tidak akan ada efek samping.”

“Bagus. Kalau sampai dua hari dia belum bangun juga; atau jika dia bangun dalam keadaan tidak sehat; aku akan mencarimu lagi !”

“Y-yaa……”

Sephiroth yang sudah menyimpan kembali pedangnya; berjalan ke dipan lagi. Dia menyambar semua pakaian Genesis dan memakaikannya kepada sahabatnya itu tanpa berhasil membuat Genesis terbangun.

Hollander mengawasinya. Ekspresi Sephiroth tetap dingin, tidak ada perubahan; meskipun gerakannya memakaikan pakaian di tubuh sahabatnya tergolong lembut.

Hollander memberanikan diri bertanya; “K-kau.. menyukainya ?”

Sephiroth tidak menjawab. Dia menyelesaikan memakaikan pakaian kepada sahabatnya yang tertidur seperti boneka saja. Lalu dia mengangkat tubuh sahabatnya itu dan menggendongnya keluar tanpa menengok lagi.

Hollander menghela nafas. “Kelihatannya….” Pikirnya; “Harapanku sebenarnya akan tercapai. Hanya tinggal soal waktu. Sebetulnya anak Lucrecia menyukai monster ciptaanku itu, hanya saja dia berusaha lari dari perasaannya sendiri…. Menarik. Hojo juga pasti menyadari itu.” Perlahan dia bangkit; “Tapi anak Lucrecia itu.. wajahnya benar-benar mirip dengan ibunya !” Dia menghela nafas penuh kerinduan membayangkan Lucrecia.

Dia teringat alasan pertama Hojo dan dirinya mulai menciptakan project-project ini waktu mereka berdua masih muda; sebenarnya semua hanya demi cinta mereka kepada Lucrecia. Mereka berdua menghabiskan bertahun-tahun untuk memberi “hadiah” kepada Lucrecia; yaitu mahluk hidup campuran antara biologis dengan ilmu pengetahuan. Tetapi kemudian terjadi hal yang tidak menyenangkan dan Lucrecia dikurung dalam salah satu tabung eksperimen karena cinta Hojo dan Hollander kepada wanita itu surut dan bergantikan dengan cinta kepada ilmu pengetahuan. Mereka menjadi lebih mencintai project mereka daripada mencintai Lucrecia. Mahluk yang diciptakan oleh Hojo memiliki unsur “Yang” (Positif), sedangkan mahluk yang pertama kali diciptakan oleh Hollander memiliki unsur “Yin” (Negatif) meskipun yang kedua tidak.

The End



Authoress : Gua ngga tau Hollander naksir Lucrecia apa engga. Tapi di fanfic ini gua anggap aja begitu.. Hehe. Dan tentang Project-G adalah “pasangan” Project-S itu adalah bisa-bisanya gua.. xD

Pengikut

free hit counter