A Shoulder To Cry On

A Shoulder To Cry On

“Cloud ?”

Anak berambut pirang itu menengok, menatap mentornya; Zack Fair; yang berjalan menghampirinya. Mentornya itu memiliki rambut hitam dan bola mata berwarna biru cerah; mata paling indah yang pernah dilihat Cloud; si pirang ini; selama hidupnya.

Zack duduk di rerumputan di sebelahnya. Sepasang mata Cloud sama sekali tidak bisa beralih dari wajah Zack sementara sang mentor menengadah menatap pada langit biru yang berhiaskan awan putih cerah. Sesaat suasana hening. Kemudian akhirnya Zack menyadari bahwa Cloud hanya memandanginya saja.

“Ada yang aneh dengan wajahku, Cloud ?” Dia bertanya.

“T-tidak.” Cloud buru-buru memalingkan muka.

Dia sangat menyukai Zack; sebagai sahabat, sebagai kakak, sebagai mentornya. Zack selalu periang, tabah, dan ceria. Beberapa kali sempat timbul rasa iri dan cemburu di hati Cloud pada diri Zack karena meskipun usia mereka berdua hanya terpaut beberapa tahun (Ralat : Satu tahun), tapi Zack telah menjadi seorang SOLDIER Kelas Pertama, sementara Cloud hanya menjadi prajurit ShinRa biasa. Belum lagi ditambah dengan sikap orang-orang pada Zack; seluruh anggota ShinRa sangat menghormati, mengagumi, dan menyayangi Zack. Semua orang berebut untuk menyapanya setiap kali mereka melihatnya. Siapa pun pasti akan ada rasa iri atau cemburu.

Meskipun begitu, segala kebencian dan rasa iri Cloud luluh dan hancur setiap kali Zack menatapnya dengan mata biru yang indah itu dan tersenyum padanya. Dia bisa membenci Zack; iri pada Zack; saat Zack sedang tidak menatapnya atau tidak tersenyum padanya. Tapi setiap kali dia harus berhadapan langsung dengan Zack, semua perasaan negatif terhadap Zack langsung hilang dengan sendirinya.

Sesaat kedua anak itu kembali hening. Angin semilir meniup rerumputan di padang ini. Matahari bersinar cerah.

“Cloud.” Kata Zack pula tanpa menengok. Pandangannya masih lurus menatap langit dan burung-burung di kejauhan; “Apa aku boleh tahu siapa orang yang paling berarti dalam hidupmu ?”

Cloud menatap sang mentor. Cloud adalah anak pendiam dan jarang bergaul. Dia tidak terlalu memiliki teman. Bergerombol bersama teman bukanlah tipenya. Selama ini di ShinRa dia selalu sendirian, makan di kantin juga sendirian. Tapi semenjak dia mulai dekat dengan Zack, kadang Zack menemaninya.

Orang yang paling berarti bagiku adalah kau, Zack; Pikir Cloud. Tapi dia tidak bisa mengucapkannya. Dia ingin mengatakannya tetapi dia ragu, dan karena keraguannya itulah Zack mengira bahwa Cloud tidak akan menjawabnya. Selalu seperti ini. Cloud membutuhkan waktu sebelum bicara, dan setiap kali lawan bicaranya; siapa pun itu; mengira bahwa dia takkan menjawab.

“Tidak ada orang yang berarti bagimu ?!” Zack tertawa kecil; “Yah, tidak apa-apa. Aku harap suatu saat nanti kau akan menemukan seseorang yang bisa menuntunmu seperti seorang kakak, seorang sahabat, dan yang akan selalu melindungimu.”

Alasan kenapa Cloud selalu membutuhkan waktu untuk bicara adalah karena dia selalu berusaha untuk tidak menyinggung siapa pun sebisanya. Dia tidak mau salah bicara lalu seseorang jadi tersinggung dengan ucapannya. Tapi seringkali juga dia melewatkan banyak kesempatan karena diamnya itu.

Dia menatap sang mentor, dia ingin sekali memberitahu isi hatinya.

Tetapi Zack sudah meneruskan bicara sambil kembali menatap burung-burung di kejauhan di langit; “Ada orang yang sangat berarti untukku. Orang itu sudah seperti kakak, sahabat, seperti pembimbing bagiku. Dia adalah idolaku. Dan karena dia-lah maka aku bisa menjadi sebagaimana aku sekarang yang kau lihat ini, Cloud…..”

Hanya ada satu nama di hati Zack. Cloud tahu itu. Dia sudah mendengarnya dari orang-orang. Dia tidak pernah berjumpa dengan si pemilik nama tapi dia sudah sering mendengar cerita tentangnya.

“Angeal…?” Bisik Cloud menebak.

“Yup.” Zack mengangguk; “Dia. Kau tidak mengenalnya. Sayang sekali dia sudah keburu meninggalkan ShinRa saat kau masuk. Dia adalah orang yang hebat. Dia mengajariku arti persahabatan, arti perjuangan, dan harga diri sebagai laki-laki; sebagai seorang SOLDIER…..” Zack terus berbicara, memuji-muji Angeal sementara Cloud tidak mendengarkannya tetapi diam-diam mengambil kesempatan untuk bisa menatap mata biru Zack dari dekat.

Zack yang periang. Jika sudah membicarakan Angeal, sepertinya Zack tidak bisa berhenti. Selalu menggebu-gebu, penuh semangat, dan penuh kerinduan. Tidak perduli walaupun sekarang semua orang menganggap Angeal adalah pengkhianat ShinRa. Sepertinya kepercayaan Zack pada diri Angeal (yang sekarang entah dimana) tetap tidak akan luntur. Kepercayaan bahwa Angeal tidak akan pernah mengkhianatinya.

Bagi Cloud, saat Zack membicarakan Angeal adalah saat dimana dia bisa bebas memandangi wajah Zack tanpa disadari oleh sang mentor. Apalagi di saat sedang membicarakan Angeal justru sepasang mata Zack tampak lebih indah dari biasanya, sebab ada cinta, ketulusan, kerinduan, dan kehangatan tercermin disana. Kehangatan yang tidak akan pudar oleh salju setebal apa pun. Sesuatu yang dipelajari oleh Cloud, membuatnya merasa lebih menghargai arti persahabatan dan cinta. Itu semua karena kesetiaan Zack kepada Angeal.

Tetapi, di akhir pembicaraan mengenai Angeal; selalu saja sepasang mata biru Zack meredup dan menjadi sedih, menjadi penuh kesepian dan tanda tanya. “Dimana kau sekarang, Angeal…? Cepatlah kembali…..” Walaupun Zack tidak mengucapkan itu, Cloud tahu itulah yang ada di hati Zack setiap selesai menceritakan tentang Angeal.

Tidak ada yang bisa dilakukan Cloud. Tidak ada.

Dan Zack juga tidak pernah mau membebani Cloud dengan deritanya. Dengan cepat dia bisa menyembunyikan kesedihan dan tanda tanyanya, lalu kembali tertawa dengan riang dan bersenda gurau lagi. Dia hanya ingin mengajari Cloud untuk menghormati orang yang paling dihormatinya; seolah-olah Cloud adalah adiknya dan Angeal adalah ayah mereka. Dia kembali melontarkan canda sementara dalam hatinya berpikir; “Jangan kuatir, Cloud, aku akan menjagamu seperti Angeal telah menjagaku. Aku pasti akan membuatmu menjadi kuat dan mandiri, seperti juga Angeal telah memberiku kekuatan, tapi aku tidak akan pernah meninggalkanmu, meskipun Angeal telah meninggalkanku.”

“Nah, Cloud.” Dia menggenggam tangan orang yang dianggapnya sebagai adiknya itu; “Kita akan selalu bersama, ya.”

“Ya…..” Jawab Cloud. Hatinya terasa haru campur iba, tetapi seperti biasa dia selalu berhasil menyembunyikan perasaannya dengan baik, sehingga orang berpikir bahwa dia sama sekali tidak merasakan apa-apa.

“Bagus.” Zack melepaskan tangan sang adik menepuk bahu sang adik; “Janji ?” “Ya.” Sahut Cloud lagi, dan sebelum dia sempat mengatakan sesuatu lebih jauh, Zack sudah menarik tangan kanan Cloud lalu mengaitkan jari kelingking kanan Cloud dengan jari kelingking kanannya sendiri……

***

Itulah Zack. Meskipun di luarnya tampak tabah, kuat, dan periang; sebenarnya Zack memiliki hati yang lugu dan kadang seperti anak kecil yang polos.

Zack selalu melindungi Cloud dan berusaha untuk membagi waktu agar bisa menemani Cloud meskipun Zack selalu dikelilingi orang-orang yang memujanya. Tapi Cloud tahu dalam hati Zack sebenarnya sangat kesepian. Walaupun di sekitar Zack selalu ramai; ada Tseng, Cissnei, Kunsel, dan lainnya; yang diharapkan Zack hanyalah Angeal.

Hari itu hujan deras. Cloud memandang keluar jendela. Dua hari yang lalu dia melihat Zack dan Kunsel pergi meninggalkan kompleks bangunan ShinRa, tapi kemarin dilihatnya dari jendela bahwa Kunsel sudah kembali seorang diri tanpa Zack.

Sudah dua hari Cloud tidak melihat Zack. Sudah dua hari di kantin Cloud kembali duduk sendiri dan makan sendiri tanpa ada yang setidaknya berusaha menghampirinya atau tersenyum padanya dari meja seberang.

Dia ingin sekali bertanya pada Kunsel atau SOLDIER lain, tapi dia merasa takut melakukan itu. Statusnya tidak tinggi, dan apa hak-nya bertanya-tanya tentang seorang SOLDIER Kelas Pertama yang memang selalu sibuk ?! Dia juga tidak ingin menimbulkan kesan bahwa dia terlalu dekat dengan Zack, dia kuatir itu bisa merusak reputasi mereka berdua.

Dia berusaha menelepon Handphone Zack dengan diam-diam di kantin, tapi tidak ada jawaban. Handphone Zack mati. Cloud lalu mengiriminya sms; berharap Zack akan membacanya begitu menyalakan Handphone.

Mata biru Cloud lalu menangkap sosok Kunsel dan seorang SOLDIER lainnya sedang bercakap-cakap sambil membawa nampan mereka dan duduk di meja di sebelah meja Cloud.

Haruskah Cloud bertanya pada Kunsel dimana Zack ?

Selama ini selalu Zack duluan yang menghampiri Cloud, yang mencari Cloud, yang menelepon Cloud. Tapi sekarang sudah dua hari tanpa kabar. Biasanya; semenjak mereka akrab; setidaknya tiap malam Zack selalu mengirimi Cloud sms berisi ucapan selamat malam atau berisi cerita tentang misi yang baru saja dilalui sang mentor. Sebetulnya Zack ingin mendengar Cloud bercerita tentang diri Cloud; tapi karena anak itu begitu tertutup Zack tidak mau memaksanya lagi, dan untuk tetap menjaga pembicaraan di antara keduanya terpaksa selama ini Zack yang bercerita banyak.

Cloud bisa mendengar percakapan Kunsel yang berada di meja sebelah. Tetapi Kunsel dan temannya itu tidak membicarakan Zack, mereka membicarakan tentang buruknya makanan disini dan bahwa mereka curiga makanan ini adalah sisa sampah dari labolatorium Prof. Hojo. Tentu saja, itu hanya gurauan. Kalau sampai kedengaran oleh sang General; Sephiroth; pasti mereka akan dijatuhi hukuman.

Keraguan Cloud untuk menghampiri meja Kunsel telah menundanya selama beberapa waktu. Kunsel telah menyelesaikan makan siangnya dan bangun bersama temannya itu lalu keluar kantin. Selama beberapa detik Cloud hanya mengawasi mereka berjalan melewati pintu kantin keluar, lalu mendadak dia memberanikan diri. Dia bangun, meninggalkan kursinya, dan berlari mengejar keduanya.

“Mr. Kunsel ! Sir !” Dia memanggil.

Kunsel berhenti dan menengok, “Ya, ada apa ?”

“A-aku ingin bertanya.” Cloud memaksakan diri bicara; “Dimana Mr. Fair ?”

Kunsel dan temannya saling pandang.

“Kau tidak perlu tahu !” Teman Kunsel menjawab, tapi Kunsel yang sering melihat Cloud bersama Zack segera memberi isyarat agar temannya diam, lalu menjawab Cloud; “Kau teman Zack, kan ?! Zack berada di Midgar, sebaiknya kau mencarinya kesana. Kau mendapatkan izinku untuk pergi mencarinya !”

“Terima kasih !” Sahut Cloud cepat, membungkuk hormat, lalu berlari meninggalkan Kunsel dan temannya, menuju keluar. Dia tidak mau membuang waktu lagi. Tapi dia masih sempat mendengar Kunsel berbicara kepada temannya itu; “Kuharap anak itu bisa menghibur Zack……”

Midgar sangat luas. Entah dimana Zack berada. Awalnya Cloud mencarinya di stasiun-stasiun yang dibangun ShinRa, tapi sia-sia. Malam pun tiba, dan Cloud mulai capek. Dia sudah mencari Zack kemana-mana. Semua pos-pos ShinRa di Midgar sudah didatanginya, tidak ada yang melihat Zack. Kemudian tanpa harapan Cloud berjalan tanpa tujuan di bawah langit malam yang bertabur bintang. Langit musim panas. Handphone-nya dipegang terus ditangannya, sesekali dia berusaha menelepon Handphone Zack dengan sia-sia, dan setiap kali Handphone di tangannya itu berdering dia terlonjak dengan penuh harap. Tapi selalu saja dia kecewa, karena itu bukan Zack, melainkan hanya operator jaringan Handphone-nya yang menawari berita-berita tak penting. Cloud memang tidak punya banyak teman, jarang Handphone-nya berbunyi.

Malam semakin larut dan kedua kaki Cloud sudah sangat pegal serta capek. Dengan letih dia memutuskan untuk pulang. Rasa haus menyerangnya, menuntunnya untuk berbelok dan masuk ke sebuah bar kecil di pinggir jalan terdekat.

Bar itu sepi. Ketika Cloud masuk, dia berpapasan dengan dua orang pria dewasa yang kebetulan berjalan keluar sambil bercakap-cakap. Tanpa sengaja Cloud mendengarkan pembicaraan kedua pria dewasa itu.

“…..Anak itu SOLDIER.” Kata yang satu; “Kelas Pertama.”

“Dia menghabiskan empat botol minuman paling keras di Midgar……”

Cloud tersentak. Mungkinkah----? Dengan cepat dia berlari ke dalam bar sepi itu. Dia tidak perlu mencari lama-lama di dalam bar yang sepi itu, dia langsung melihat orang yang diinginkannya. Zack.

Zack duduk di sofa di sudut; menelungkupkan wajahnya ke atas kedua tangannya yang bertumpu pada lututnya. Di meja di depannya tampak empat botol kosong, dan ada botol kelima yang masih setengah penuh.

“Zack !!” Cloud berlari menghampirinya, tepat ketika Zack mengangkat mukanya dan meraih botol kelima itu; hendak meminumnya. Dengan cepat Cloud menahan tangan sahabatnya yang sudah mengarahkan botol ke mulut.

“Zack ! Sadarlah !” Seru Cloud; “Apa yang terjadi ??”

Zack menyentakkan tangannya yang ditahan oleh Cloud, tapi Cloud segera merebut botol di tangan Zack itu dan meletakkan botol itu kembali di meja, lalu berusaha menahan kedua tangan Zack dengan kedua tangannya agar Zack tidak meraih botol itu lagi.

“S-sialan !” Di luar dugaan Cloud, Zack mendorongnya hingga sempat terjatuh ke lantai dan membentur meja. Benturan itu membuat meja terdorong ke depan beberapa senti, dan suara derit meja agaknya membuat Zack mulai sadar.

“C-Cloud ?” Dia menatap Cloud. Sepasang mata biru Zack yang biasanya jernih dan indah kini tampak agak memerah dan bengkak, cahayanya redup dan seperti diselubungi oleh air mata.

“Zack, aku---” Cloud belum sempat bicara, tapi mendadak Zack memutus dan membentaknya; “Ngapain kau disini ?? Kau memata-mataiku, ya ?! Pergi !!!!”

Ini adalah pertama kalinya Zack membentak Cloud. Pertama kalinya Zack berteriak pada Cloud.

Saking kagetnya Cloud tidak bisa berbicara selama beberapa detik. Dia seolah melihat orang lain dan bukan Zack. Bukan Zack yang selalu sabar serta periang. Orang yang membentaknya ini tampak sangat marah, tampak liar.

“Pergi !!!” Teriak Zack lagi; “Tinggalkan aku !! Ngapain kau disini ??!” “Zack, a---”

“Kau tidak dengar ?! Kau tuli ?!? Aku adalah mentormu dan kau tidak mau menuruti perintahku ?! PERGI !!!!”

Sudah, cukup. Cloud tidak bisa menahan diri lagi. Dia tahu mata semua pengunjung lain di bar ini tertuju pada mereka berdua. Wajah Cloud memerah dan tanpa mengucapkan apa-apa lagi dia bangun dan berlari keluar, meninggalkan bar ini. Rasa sakit menusuk hatinya; sampai ke jiwanya. Rasanya dia ingin menumpahkan semua rasa sakit itu. Dia ingin memukul sesuatu, menebaskan pisaunya memotong sesuatu, atau bahkan juga menjerit. Dia berlari di jalanan, tidak perduli kemana kakinya membawanya. Zack telah mempermalukannya di depan umum, sekaligus juga telah mengecewakannya, telah melenyapkan segala kekaguman Cloud selama ini.

Hari sudah subuh. Dia terengah dan berhenti di sebuah gang buntu karena kakinya sudah tidak sanggup membawanya lebih jauh lagi. Entah sudah berapa lama dia berlari. Dia jatuh di atas kedua lututnya, masih terengah.

Kemudian disadarinya bahwa seseorang mengawasinya.

Dia terkejut dan menengok ke belakang.

Zack. Zack berdiri di belakangnya, masih dalam keadaan kacau; mata bengkak dan muka pucat serta rambut berantakan; tapi tidak tampak liar seperti tadi. Sebaliknya, Zack tampak menyesal.

“Mau apa kau ?” Cloud tidak bisa menahan diri untuk tidak balas membentak Zack; “Aku sudah menyingkir darimu dan sekarang kau yang mengejarku !!”

Zack tidak menjawab. Sedetik kemudian Cloud melihat air mata menggenangi mata biru Zack yang indah. Air mata itu menetes tanpa suara membasahi wajah Zack, dan semua kemarahan serta rasa sakit hati yang tadi menusuk di hati Cloud mendadak hilang.

“Z-Zack…..” Cloud berusaha bangun tapi kakinya terasa kaku.

Zack tidak mengatakan apa-apa, tetapi melangkah mendekati Cloud dan menekuk lutut di depannya, lalu memeluknya. Tubuh Zack gemetar dan Cloud menyadari bahwa mentornya itu menangis.

Untuk pertama kalinya Cloud melihat Zack yang selama ini tabah dan periang kini menangis.

“Zack…..” Cloud membalas pelukan Zack; “Angeal lagi, kan…?” Dia tidak perlu menebak lama untuk mengetahui siapa yang telah melukai Zack. Dia tahu bahwa Zack tidak akan menceritakan detailnya mengenai apa yang telah dilakukan Angeal sehingga membuat Zack menangis begini, tapi Cloud juga tidak ingin mendengar itu. Dia tidak perlu tahu apa yang telah terjadi. Dia hanya tahu bahwa dia harus menghibur Zack. Zack tidak mengucapkan sepatah kata pun; agaknya berusaha kuat agar tangisnya tidak bersuara.

Cloud membiarkan Zack menenangkan diri. Dia memaksa mentornya itu berada dalam pelukannya, dan membelai punggung Zack.

Setelah beberapa saat, agaknya Zack mulai tenang. Dia menyentakkan kepalanya yang ditahan oleh Cloud di dada Cloud, lalu berkata; “Cloud.. maafkan aku--- tadi aku membentakmu di bar---”

“Tak usah kau pikirkan.” Sahut Cloud dengan nada yang diusahakannya agar terdengar menghibur. Cloud tidak pandai menghibur orang.

“Aku mengusirmu--- karena---” Zack meneruskan; “Aku tidak mau kau--- melihatku menangis, Cloud…!”

Cloud terdiam sejenak, tetapi kemudian dia sadar bahwa sekarang dia harus terus bicara. Dia tidak boleh membiarkan Zack mengira bahwa dia takkan menjawab; seperti yang selama ini terjadi. Dia harus menjawab dengan cepat. Dia harus menunjukkan pada Zack bahwa dia perduli. Bahwa dia mendengarkan. Bahwa dia menyukai Zack.

“Kenapa ?” Dia berusaha berbicara, berusaha mengatakan apa yang ada di hatinya secara spontan; “Kau takut aku menganggapmu lemah dan cengeng ? Ataukah kau menganggapku anak kecil yang tidak pantas berbagi derita denganmu ?” Meskipun berkata begitu, kesadaran merayapi batin Cloud. Benar, selama ini dirinya telah bersikap seperti anak kecil di luar kesadarannya. Dia selalu membiarkan Zack melindunginya, menjaganya, menyapanya duluan. Tanpa sengaja sebenarnya selama ini dia telah membiarkan Zack mendapat kesan bahwa Cloud adalah orang yang lemah. Zack tidak menjawab.

“Maafkan aku, Zack.” Cloud berusaha terus menyampaikan isi hatinya; “Selama ini aku menyusahkanmu. Aku membiarkanmu berusaha sendiri untuk mendekatkan kita. Aku membiarkanmu menjagaku, melindungiku. A-aku juga ingin---aku ingin bisa melindungimu, Zack…. Walaupun a-aku bukan Angeal……”

Zack menggeleng; “Tidak. Aku tidak ingin kau melindungiku. Aku ingin kau menganggapku kuat--- seperti aku menganggap Angeal. Aku ingin selalu bisa melindungimu seperti A-Angeal----”

“Zack !” Cloud memutus; “Aku tahu kau memang lebih tua dariku dan kau memang mentorku ! Tapi aku juga ingin bisa melindungi orang yang aku sayangi, orang yang paling berarti untukku. Dan orang itu adalah kau, Zack. Sadarlah, kau bukan Angeal dan aku bukan dirimu di masa lalu !”

Perkataan Cloud membuat Zack terdiam lagi.

“Zack !” Cloud meneruskan; “Kalau kau terus memikirkan masa lalu dan terus merindukan Angeal, kapan kau akan merasa bahagia ?! Kau akan terus merasa kesepian dan sendirian di Planet ini, padahal sebenarnya kau TIDAK sendirian ! Kau memiliki banyak orang di sekitarmu ! Kau memiliki aku, Cissnei, Tseng !”

Air mata membasahi wajah Zack tanpa suara.

“Aku menghormatimu dan menyukaimu.” Lanjut Cloud; “Dan bahkan di antara hubungan kakak-adik pun, tidak selamanya sang kakak harus selalu menjadi yang terkuat dan tersempurna bagi adiknya. Ada kalanya dimana seorang kakak merasa letih dan adiknyalah yang akan memanggulnya pulang…..”

Sekali lagi Zack terdiam, tetapi kemudian dia tertawa haru dan mengusap air matanya. “Cloud, Cloud…..,” Ucapnya; “Kau tahu ?! Ini pertama kalinya kau bicara begitu banyak…..”

Sekarang ganti Cloud yang terdiam.

“Nah, Cloud.” Senyum kembali muncul di wajah Zack dan sorot matanya kembali berbinar ceria meskipun masih tampak kelelahan menggelayuti; “Karena kau sudah bilang, mari kita pulang sekarang.”

“Ya.” Cloud tersenyum dan mencoba untuk bangun, tapi kedua kakinya masih terasa kaku.

“Kau tidak bisa bangun kan ?!” Kata Zack; “Kau berlari tanpa henti sewaktu aku mengusirmu dari bar. Aku mengikutimu di belakang dan kau tidak sadar.”

“Apa kau sendiri bisa bangun ?” Balas Cloud menyadari bahwa mentornya juga masih bertumpu pada lutut seperti dirinya sendiri; “Kau juga bodoh. Aku bisa membayangkan kau berlari-lari berusaha mengejar Angeal tanpa henti sampai kakimu sakit.”

“Bagaimana kau bisa tahu ?”

“Tentu saja aku tahu, karena aku adalah orang yang paling dekat denganmu.” “Orang yang paling dekat denganku ?!” Ulang Zack. Dan dia pun mulai sadar bahwa sudah cukup lama ini orang yang paling dekat dengannya bukan lagi Angeal. Angeal telah pergi.

Sesaat keduanya hening lagi. Cloud memaksa dirinya bicara; “A---” tetapi bersamaan itu Zack juga bicara, kemudian keduanya diam dan tertawa. “Kau dulu.” Zack berkata.

“Aku mau bilang.. bagaimana kalau kita saling memapah untuk pulang ?” Kata Cloud.

“Well, itu juga yang ada di pikiranku !” Balas Zack.

“Sungguh ?”

“Yeah. Kau bisa membaca pikiranku, Cloud !”

Maka keduanya terpaksa saling bertumpu dan saling membantu untuk bisa bangun. Cloud berusaha sekuatnya agar bisa menjadi tempat Zack bertumpu, walaupun sebenarnya kakinya sudah betul-betul kram. Dia berusaha tidak menampakkan rasa sakit dan berusaha memapah Zack lebih banyak daripada Zack memapahnya.

Perlahan-lahan keduanya menyusuri jalan, saling memapah, menuju bangunan ShinRa. Zack kemudian menyadari bahwa sambil jalan Cloud terus memandanginya.

“Ada yang aneh dengan wajahku ?” Tanyanya.

“Matamu bengkak.” Jawab Cloud; “Dan wajahmu pucat.”

“Matamu juga bengkak. Dan wajahmu juga pucat.” Balas Zack, mengamati wajah sahabatnya itu; “Kau tampaknya tidak tidur semalaman.”

“Aku tidak bisa tidur semalam.”

“Kenapa ?”

“Entahlah. Terlalu sunyi.”

“Kau takut sendirian, Cloud ?” Zack tersenyum; “Tapi kau tidak sendirian. Kita akan selalu bersama. Bukankah kita sudah pernah berjanji untuk itu ?!”

“Aku takut kau akan pergi lagi.”

“Aku tidak akan meninggalkanmu.” Balas Zack; “Aku akan selalu berjuang bersamamu di sisimu.”

Suasana hening sejenak.

“Dan,” Lanjut Zack dengan ragu-ragu; “Maukah kau membantuku sedikit ?”

“Apa ?”

“Membangunkanku tiap pagi !” Zack tergelak; “Aku selalu dimarahi oleh mantan mentorku karena aku selalu datang kesiangan !”

“Karena kau memang pemalas dan seenaknya.” Cloud menggodanya.

“Ha ha ha, Cloud.” Zack masih tergelak; “Ini pertama kalinya kudengar kau bisa bercanda. Nah, mulai sekarang, aku akan membantumu mengusir rasa takutmu dan kau juga akan membantuku, setuju ?”

“Oke.” Cloud tidak bisa menahan senyum; “Dan maukah kau duduk bersamaku di kantin ? Demi kebaikanmu juga.”

“Kebaikanku ?!”

“Ya, sebab aku tahu selama ini kau tidak suka makan sayuran. Kau hanya suka makan yang enak-enak saja. Mulai sekarang secara diam-diam aku akan mengisi piringmu dengan sayuran dan aku akan membuatmu makan sayuran.”

“Dan, kau tahu; aku akan mengisi piringmu juga agar lebih penuh. Kau pikir aku tidak pernah memperhatikanmu selama ini ?! Kau selalu makan sangat sedikit, dan kau selalu tidak memilih menu yang enak karena kau tidak mau orang lain kehabisan……” Cloud terdiam.

“Nah, Cloud, kalau begitu… mulai sekarang kita akan selalu bersama, ya ?!” Zack berkata lagi, memecahkan keheningan yang nyaris kembali timbul.

“Ya !” Jawab Cloud, mengulurkan jari kelingking kanannya sambil tangan kirinya tetap merangkul Zack; “Tapi kau harus lebih terbuka lagi padaku, kau harus menceritakan juga tentang kesedihanmu dan kegagalanmu; bukan hanya kebahagiaanmu dan keberhasilanmu. Kau tidak boleh lagi berjalan di depanku dan melindungiku, tapi berjalanlah di sebelahku dan biarkan kita saling melindungi; supaya aku juga bisa jadi kuat….! Dan kita akan menjaga Planet ini bersama-sama !….Janji ?”

Zack tidak bisa bicara lagi, dia hanya bisa mengangguk dan mengaitkan jari kelingking kanan Cloud dengan jari kelingking kanannya sendiri.

The End

Note: I REFUSE to admit that Zack is just ONE YEAR older than Cloud. He seems much more mature like older about 2-3 years.

Pengikut

free hit counter